Lukas 5: 6
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan,
sehingga jala mereka mulai koyak.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu14[/kitab]; [kitab]Matiu14[/kitab]; [kitab]Kejad27-28[/kitab]
Sebelum menjalankan
wewenang, kita harus terlebih dahulu melatih penundukan diri pribadi. Tuhan mau
kita meningkat dan berhasil, meskipun hal itu tidak bisa secara otomatis. Setiap
orang harus menempuh perjalanan melalui periode penundukan diri yang sementara kepada suatu otoritas sebelum dipromosikan untuk memegang otoritas.
Pertimbangkanlah
kisah ini: Suatu hari saat Yesus berdiri di
tepi Danau Genesaret dengan kerumunan orang banyak yang hendak mendengar firman
Allah. Dia melihat di tepi danau itu dua perahu yang dtinggalkan nelayan yang sedang
mencuci jala mereka. Dia naik ke salah satu perahu, yang adalah milik Simon,
dan memintanya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Di atas perahu
itulah Yesus mengajar orang banyak. Setelah Dia selesai berbicara, Dia berkata kepada
Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap
ikan.” Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan
kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap
sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi
isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang
membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. (Lukas 5: 1-7).
Petrus sudah
mendengarkan pengajaran yang diajarkan Yesus kepada orang banyak itu dan tertarik
dengan kata-kata-Nya. Yesus pun sering menaruh efek ini kepada orang-orang. Saat
Dia berbicara, mereka akan sangat mengagumi kebijaksanaan-Nya. Pada suatu kesempatan
orang-orang Farisi sangat ingin menangkapnya dengan menanyakan kepada para penjaga,
“Mengapa kamu tidak membawa-Nya? Jawab
para penjaga itu, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yohanes 7: 45-46).
Otoritas yang
Yesus bahwa jelas sekali berasal dari perkataan-Nya. Simon Petrus juga mengakui
sejauh mana hikmat Yesus; dengan memanggil Dia ‘Tuan’. Menggunakan kata Tuan adalah sebagai bentuk penundukan terhadap otoritas.
Dengan menyerahkan
dirinya kepada Yesus, Petrus secara parsial mematuhi perintah Gurunya. Yesus telah
menyuruhnya untuk menjatuhkan jalanya. Petrus menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Saat itu,
Petrus berusaha hendak mempertimbangkan perintah Yesus tapi kemudian dia mengucapkan
sesuatu yang jauh lebih dari itu. Kata ‘tetapi karena…’ yang diucapkan Petrus memang
menunjukkan bentuk ketidakpatuhannya terhadap perintah Yesus. Namun, dia tetap menurunkan
jaringnya. Karena ketaatannya yang setengah-setengah, dia hanya menerima setengah peningkatan saja, yang harusnya bisa jauh lebih besar dari itu.
Tujuan peningkatan
ini adalah supaya menjadi sebuah berkat. Jala Petrus yang ditebarnya malah penuh
dan hampir koyak. Dia harus memanggil perahu lain dan membagi keberuntungan itu.
Aku jadi penasaran, gimana jadinya ya kalau Petrus sepenuhnya taat dengan perintah Yesus itu?
Pahamilah soal
kasih karunia Tuhan itu: Sebelum kita bisa menjalankan otoritas, Dia memberi kita
kesempatan untuk mau taat. Tuhan membiarkan situasi ini menjadi kesempatan bagi
Petrus untuk belajar. Tuhan bahkan tidak menahan berkatNya sekalipun Petrus hanya
setengah taat saja. Sebagai gantinya Dia membuktikan kepada Petrus tentang imbalan dari penundukan diri.
Dalam contoh
lain, kita bisa menemukan bahkan Anak Allah saja harus taat menjalankan otoritas
sepenuhnya. Ketika Yesus masih kecil, orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk
merayakan Paskah. Dalam perjalanan pulang, mereka menyadari bahwa dia tidak ada
bersama-sama dengan mereka. Tiga hari kemudian, mereka menemukan Yesus di bait
suci, duduk diantara imam, mendengarkan dan mengajukan pertanyaan. Dengan perasaan
lega dan rasa frustrasi sesaat mereka, mereka memarahi Dia. Tapi Yesus taat kepada
kedua orangtuanya itu dan bersama-sama ikut dengan mereka pulang ke Nazaret. “Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke
Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” (Lukas 2: 51).
Di dalam kisah
di Matius 8, kita kita juga bisa melihat prinsip yang sama dalam hal ini. Perwira
itu mengerti bahwa seseorang tidak bisa mengambil satu otoritas sampai dia bisa
menjadi pribadi yang berada di bawah otoritas. Saat perwira itu menghampiri Yesus
meminta Dia untuk menyembuhkan hambanya yang lumpuh, Yesus berkata bahwa Ia akan
datang. Perwira itu lalu menjawab, “"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan
di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Matius 8: 8)
Yesus mengagumi
sikap penundukan diri dan otoritas. Mengapa Dia kagum? Karena sedikit sekali
orang yang memahami kebenaran ini. Naluri manusia biasanya sombong dan cenderung mempertahankan harga dirinya.
Tapi mari kita
lihat Simon Petrus, Yesus dan perwira itu, masing-masing mereka tidak hanya diberkati
karena ketaatan mereka terhadap otoritas di atas mereka, mereka juga dipromosikan.
Perahu Petrus penuh dengan ikan dan dia kemudian menjadi penginjil terbesar dari
Tuhan. Yesus semakin bertambah bijaksana dan berperawakan, dan berpihak kepada Allah
dan manusia (Lukas 2: 52). Dan perwira itu mendapat pujian dari Tuhan sendiri dan
permintaannya dikabulkan. Tak heran kalau si iblis memakai kedagingan kita saat kita hendak menyerahkan diri kepada otoritas! Dia tahu ada imbalan dan promosi untuk ketaatan.
Alkitab jelas sekali menegaskan ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap otoritas. Karena saat kita mau tunduk, hal itu bukan untuk keuntungan kita sendiri (Ibrani 13: 17). Tapi dengan kasih karunia Tuhan, kita bisa mempraktikkan penundukan kita terhadap otoritas-Nya. Ingatlah bahwa saat kita berhasil dalam pelajaran ini, kita akan memperoleh hadiah besar, baik di bumi maupun di surga.
Copyright © 2010 Daphne Delay, diterjemahkan dari
Cbn.com.